Perencanaan green
city Kota Temanggung dilakukan
untuk menanggapi potensi dan permasalahan yang ada. Green
city adalah konsep perencanaan
kota yang berkelanjutan, dimana terdapat keseimbangan antara
pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan.
Green city
mewujudkan kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk
dihuni dengan mengoptimalkan potensi sosial, ekonomi, dan
masyarakatnya. Adapun rumusan tujuan perencanaan Kecamatan Temanggung
adalah :
“Menciptakan Kecamatan Temanggung
sebagai Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung yang Berwawasan
Lingkungan
Pada Tahun 2030”
Green Energy
Penerapan konsep green energy pada perencanaan kota hijau yaitu terkait penggunaan energi yang efektif dan ramah lingkungan. Dengan indikator :
- Efisiensi energi : penghematan energi
- Energi terbarukan : pembuatan kebijakan penggunaan energi terbarukan
- Perubahan iklim : menyiapkan rencana pengurangan emisi karbon dari kegiatan perkotaan (industri, transportasi dan pengolahan limbah)
Green Water
Konsep perencanaan green water yang berdasarkan P2KH, meliputi pemenuhan 3 aspek terkait kondisi ketersediaan sumber airnya, yaitu:
- Kualitas air : pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air yang ramah lingkungan
- Kuantitas air : pengembangan sistem pengelolaan sumber daya air yang menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat
- Kontiunitas air : menjamin ketersediaan air sepanjang waktu
Green Building
Konsep green building terkait bangunan pemukiman yang hemat air dan energi, serta material bangunan yang ramah lingkungan. Konsep green building menjadi dasar bagi konsep- konsep kota hijau yang lain, karena konsep gre en building kaitannya dengan pembangunan perkotaan dengan dilengkapi sistem yang ramah lingkungan; seperti sistem pengolahan sampah, penyediaan sumur resapan, pelayanan bagi pengguna jalan dan pengguna kendaraan tidak bermotor.Dalam rangka mewujudkan kota hijau yang komprehensif, maka diperlukan pemenuhan akan 8 atribut kota hijau. Salah satu dari atribut tersebut adalah greencommunity yang merupakan atribut dasar dalam upaya pengembangan green city. Green community merupakan strategi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green community bertujuan untuk menciptakan pastisipasi stake holder dalam pembangunan kota hijau dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan, termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kecil hingga partisipasi aktif dalam program-program kota hijau pemerintah.
Green community merupakan wujud nyata dari partisipasi langsung dan aktif dari sekelompok warga yang bertempat tinggal untuk hidup lebih sehat dan ramah lingkungan. Sekelompok warga tersebut berkomunitas berdasarkan hobi/minat yang sama dan memiliki kepedulian pada lingkungan maupun sosial budaya. Pada dasarnya g reen city merupakan suatu pola pikir untuk hidup berorientasi pada lingkungan sekitar, dimana perlu adanya perubahan pola pikir manusia menuju green living. Perubahan pola pikir akan mengarah pada perubahan kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan budaya menjadi lebih ramah lingkungan. Kecamatan Temanggung sebagai pusat aktivitas dan Ibukota Kabupaten Temanggung, diharapkan dapat menjadi kota hijau agar kehidupan penduduk Kecamatan Temanggung sendiri maupun penduduk sekitar menjadi lebih sehat, bersih dan nyaman.
Green community tidak berdiri sendiri, melainkan terdapat keterkaitan antar komponen penyusun kota hijau lainnya. Hubungan yang paling erat kaitannya dengan green community yaitu, green waste dan green transportation. Pengolahan sampah maupun limbah sangat penting untuk mencapai zero waste. Mayoritas masyarakat masih menganggap sampah dan air buangan kegiatan rumah tangga merupakan hasil akhir dari pembuangan yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh jika sampah rumah tangga dipisahkan berdasarkan jenisnya, sampah organik masih bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kandang. Sedangkan, sampah anorganik bisa dimanfaatkan kembali menjadi barang dengan fungsi baru. Sebagai contohnya saja, kemasan bekas sabun atau detergen bisa diolah kembali menjadi tas yang memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan barang baru. Keterkaitan dengan green transportation sebagai contoh ialah, penggunaan kendaraan pribadi dalam mobilisasi dapat merusak lingkungan, karena gas buangan dari kendaraan bermotor yang mengandung bahan berbahaya berupa CFC. Sehingga transportasi umum atau kendaraan tidak bermotor seperti sepeda dapat menjadi solusi masalah tergantung kebutuhan masyarkat.
Komunitas hijau merupakan langkah startegis, karena semua lembaga formal dan non-formal ikut berkontribusi. Mulai dari inisiatif sederhana seperti penanggulangan sampah, hingga program sosialisasi, edukasi dan diskusi yang meningkatkan wawasan serta kesadaran untuk menjaga lingkungan. Komunitas masyarakat, dari strata terkecil yaitu keluarga, RT, ibu-ibu PKK, RW hingga komunitas mata pencaharian seperti gapoktan juga harus dilibatkan. Semua unsur masyarakat harus ikut berpartisispasi dan bergerak untuk menerapkan gaya hidup hijau dan ramah lingkungan.
Green community merupakan wujud nyata dari partisipasi langsung dan aktif dari sekelompok warga yang bertempat tinggal untuk hidup lebih sehat dan ramah lingkungan. Sekelompok warga tersebut berkomunitas berdasarkan hobi/minat yang sama dan memiliki kepedulian pada lingkungan maupun sosial budaya. Pada dasarnya g reen city merupakan suatu pola pikir untuk hidup berorientasi pada lingkungan sekitar, dimana perlu adanya perubahan pola pikir manusia menuju green living. Perubahan pola pikir akan mengarah pada perubahan kebiasaan masyarakat dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan budaya menjadi lebih ramah lingkungan. Kecamatan Temanggung sebagai pusat aktivitas dan Ibukota Kabupaten Temanggung, diharapkan dapat menjadi kota hijau agar kehidupan penduduk Kecamatan Temanggung sendiri maupun penduduk sekitar menjadi lebih sehat, bersih dan nyaman.
Green community tidak berdiri sendiri, melainkan terdapat keterkaitan antar komponen penyusun kota hijau lainnya. Hubungan yang paling erat kaitannya dengan green community yaitu, green waste dan green transportation. Pengolahan sampah maupun limbah sangat penting untuk mencapai zero waste. Mayoritas masyarakat masih menganggap sampah dan air buangan kegiatan rumah tangga merupakan hasil akhir dari pembuangan yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh jika sampah rumah tangga dipisahkan berdasarkan jenisnya, sampah organik masih bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kandang. Sedangkan, sampah anorganik bisa dimanfaatkan kembali menjadi barang dengan fungsi baru. Sebagai contohnya saja, kemasan bekas sabun atau detergen bisa diolah kembali menjadi tas yang memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan barang baru. Keterkaitan dengan green transportation sebagai contoh ialah, penggunaan kendaraan pribadi dalam mobilisasi dapat merusak lingkungan, karena gas buangan dari kendaraan bermotor yang mengandung bahan berbahaya berupa CFC. Sehingga transportasi umum atau kendaraan tidak bermotor seperti sepeda dapat menjadi solusi masalah tergantung kebutuhan masyarkat.
Komunitas hijau merupakan langkah startegis, karena semua lembaga formal dan non-formal ikut berkontribusi. Mulai dari inisiatif sederhana seperti penanggulangan sampah, hingga program sosialisasi, edukasi dan diskusi yang meningkatkan wawasan serta kesadaran untuk menjaga lingkungan. Komunitas masyarakat, dari strata terkecil yaitu keluarga, RT, ibu-ibu PKK, RW hingga komunitas mata pencaharian seperti gapoktan juga harus dilibatkan. Semua unsur masyarakat harus ikut berpartisispasi dan bergerak untuk menerapkan gaya hidup hijau dan ramah lingkungan.
Transportasi hijau merupakan konsep turunan dari green city yang merupakan konsep utama pembangunan. Konsep ini berfokus pada pembangunan sistem transportasi primoda dan intermoda yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Implementasi dari konsep ini berpusat pada perumusan sistem transportasi berkelanjutan (misal: jalur sepeda, angkutan umum, mobil ramah lingkungan). Terdapat beberapa indikator pembangunan green transportation berdasarkan P2KH,
yaitu:
Besarnya laju pertumbuhan pendudukdan tingginya tingkat urbanisasi merupakan fenomena utama yang patut diperhatikan para perencana pada milenium ketiga ini. Terutama tingkat urbanisasi yang memusat di pusat kota. Dittmar (2003) merumuskan sasaran yang dituju dari konsep Transit Oriented Development ini, yaitu :
yaitu:
- Transportasi umum
Mengembangkan transportasi umum yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan permukiman.
- Penggunaan Kendaraan Bebas Polusi
Mengembangkan sistem transportasi ramah lingkungan yang bersifat antar moda (jalur sepeda, perahu, mobil, bebas polusi).
Besarnya laju pertumbuhan pendudukdan tingginya tingkat urbanisasi merupakan fenomena utama yang patut diperhatikan para perencana pada milenium ketiga ini. Terutama tingkat urbanisasi yang memusat di pusat kota. Dittmar (2003) merumuskan sasaran yang dituju dari konsep Transit Oriented Development ini, yaitu :
- Location Efficiency
- Kedekatan lokasi hunian dengan lokasi sistem transit
- Kerugian yang dialami individu dengan sumber daya yang terbatas
- Komponen utama : Kepadatan, aksesibilitas transit, kenyamanan pejalan kaki
- Rich Mix of Choice
- Value Capture
- Place Making
- Resolution of the Tension Between Node and Place
Green waste merupakan perwujudan konsep zero waste. Rencana pengembangan zero waste dituangkan dalam pengelolaan air limbah dan persampahan. Rencana pengelolaan air limbah meliputi sistem pengelolaan air limbah rumah tangga dan sistem pengeloaan air limbah bukan rumah tangga. Zero waste adalah meminimalisir sisa pembuangan mulai dari tahap awal sampai berakhirnya suatu proses produksi. Contoh penerapan konsep zero waste ini yaitu sebagai berikut:
- Penanganan Sampah 3-R
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat. Konsep zero waste yaitu penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero waste diantaranya meliputi - sistem pengolahan sampah secara terpadu,
- teknologi pengomposan,
- daur ulang sampah plastik dan kertas,
- teknologi pembakaran sampah dan insenator,
- teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak,
- teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah,
- peran serta masyarakat dalam penanganan sampah,
- pengolahan sampah kota metropolitan,
- peluang dan tantangan usaha daur ulang.
- Pemilahan Sampah
Kunci keberhasilan program daur ulang adalah pada pemilahan awal.Manajemen pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu lingkungan bebas sampah. - Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA tipe open dumping tidak tepat untuk dalam perwujudan green city . Oleh sebab itu, secara bertahap semua kota dan kabupaten harus segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi sanitary landfill . Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum, seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat, tempat pencucian alat berat, penjaga, truk, pengolahan sampah, dan persyaratan lainnya.
Ruang terbuka (Open Space) adalah salah satu atribut terpenting dalam konsep Green City . Ruang terbuka dapat didefinisikan sebagai ruang atau lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Green, 1959). Ruang terbuka hijau memberikan manfaat mengisi vegetasi berupa tumbuhan dan tanaman di kawasan perkotaan dan pemanfaatannya bagi masyarakat baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Menurut Ditjen Penataan Ruang, RTH mengandung tiga unsur dengan fungsi pokok yaitu fisik-ekologis, ekonomi dan sosial. Fungsi pertama fisik-ekologis, termasuk perkayaan jenis dan plasma nutfah atau tanamannya. Vegetasi yang ada di ruang terbuka hijau dapat menghasilkan udara segar dan menyaring debu serta mengatur sirkulasi udara sehingga dapat melindungi warga kota dari gangguan polusi udara. Fungsi yang ke dua, ekonomis, yaitu nilai produktif/finansial dan penyeimbang untuk kesehatan lingkungan.Fungsi ketiga adalah sosial- budaya, termasuk pendidikan, dan nilai budaya dan psikologisnya. Fungsi sosial RTH menjadi tempat masyarakat untuk menjalin komunikasi berupa fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi, pendidikan, dan olah raga. Menurut Dinas Tata Kota, macam-macam RTH kota meliputi:
Jika dilihat dari jenis aktivitas atau kegiatannya, ruang terbuka terbagi menjadi dua yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif:
Menurut Ditjen Penataan Ruang, RTH mengandung tiga unsur dengan fungsi pokok yaitu fisik-ekologis, ekonomi dan sosial. Fungsi pertama fisik-ekologis, termasuk perkayaan jenis dan plasma nutfah atau tanamannya. Vegetasi yang ada di ruang terbuka hijau dapat menghasilkan udara segar dan menyaring debu serta mengatur sirkulasi udara sehingga dapat melindungi warga kota dari gangguan polusi udara. Fungsi yang ke dua, ekonomis, yaitu nilai produktif/finansial dan penyeimbang untuk kesehatan lingkungan.Fungsi ketiga adalah sosial- budaya, termasuk pendidikan, dan nilai budaya dan psikologisnya. Fungsi sosial RTH menjadi tempat masyarakat untuk menjalin komunikasi berupa fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi, pendidikan, dan olah raga. Menurut Dinas Tata Kota, macam-macam RTH kota meliputi:
- RTH Makro, seperti kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota dan landasan pengamanan bandar udara.
- RTH Medium, seperti kawasan area pertamanan ( c it y p a r k ), sarana olahraga, pemakaman umum.
- RTH Mikro, yaitu lahan terbuka yaitu ruang terbuka di kawasan permukiman. Contoh RTH mikro adalah taman bermain.
Jika dilihat dari jenis aktivitas atau kegiatannya, ruang terbuka terbagi menjadi dua yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif:
- Ruang terbuka aktif, mempunyai unsur kegiatan didalamnya seperti bermain, berolahraga, jalan-jalan. Ruang ini dapat berupa Plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.
- Ruang terbuka pasif, ruang terbuka yang tidak digunakan untuk kegiatan, lebih berfungsi sebagai ekologis dan pengindah visual, seperti penghijauan tepi jalan, penghijauan bantaran kereta api, sungai dan daerah alami.
Green Planning merupakan perwujudan rencana tata ruang dan rancang kota yang berbasis lingkungan hidup. Dalam penyusunan rencana tata ruang dan rancang kota harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilaksanakan secara terus menerus dan sinergis antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau (Greencity).
Perencanaan Kota Hijau (berkelanjutan) merupakan perencanaan kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city - region), melainkan terus menerus memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber daya alam, lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Perencanaan pengembangan Kota Hijau juga berarti merencanakan pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama. Perencanaan pengembangan Kota Hijau juga memerlukan inovasi/prakarsa mendasar (dari praktek hingga nilai-nilai) dan massif dan juga harus menjaga dan memupuk aset-aset kota wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota.
Perancangan kota hijau memiliki berbagai makna. Namun, terdapat makna khusus dalam konteks perencanaan kota yang komprehensif yang dapat membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Makna tersebut menjelaskan bahwa perancangan kota berkaitan dengan tanggapan panca indera manusia terhadap lingkungan fisik kota, seperti penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasialnya. UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai undang-undang yang mengatur “blue - print” suatu kawasan, Undang-undang penataan Ruang yang baru telah memberikan suatu revitalisasi khususnya bagi perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia dengan berbasis pada filosofi yang sangat berkaitan dengan prinsip- prinsip keberlanjutan yang mengedepankan daya dukung dan daya tampung suatu kawasan. Tidak hanya undang-undang ini mensyaratkan suatu rasio minimal Ruang Terbuka Hijau sebesar 20% untuk RTH Publik tetapi juga melibatkan peran masyarakat kota dengan besaran minimal 10% RTH Privat. Demikian pula pemukiman yang biasanya berorientasi kepada ketersediaan air permukaan seperti sungai, sebagai penyeimbang UU No. 26 tahun 2007 mendorong terwujudnya minimal 30% kawasan hutan untuk masing-masing DAS. Bahkan untuk unsur-unsur masyarakat perkotaan yang seringkali termarjinalkan Undang-Undang Penataan Ruang mendorong pemerintah kota untuk mengembangkan dokumen perancangan kota yang mengarah pada penerapan kawasan berkepadatan tinggi, mixed-used, dan berorientasi pada manusia (penyediaan jalur pedestrian, penyandang cacat, pengguna sepeda) dan menyediakan prasarana angkutan umum serta sektor informal lainnya.
Konsep Green city tersusun dari 8 atribut. Atribut-atribut tersebut berupa green planning, green open space, green waste, green transportation, green water, green energy, green building, dan green community.
Green Planning
Green Planning merupakan perwujudan rencana tata ruang dan rancang kota yang berbasis lingkungan hidup. Dalam penyusunan rencana tata ruang dan rancang kota harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilaksanakan secara terus menerus dan sinergis antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau (Greencity).Green Open Space
Ruang terbuka (Open Space) adalah salah satu atribut terpenting dalam konsep Green City . Ruang terbuka dapat didefinisikan sebagai ruang atau lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Green, 1959). Ruang terbuka hijau memberikan manfaat mengisi vegetasi berupa tumbuhan dan tanaman di kawasan perkotaan dan pemanfaatannya bagi masyarakat baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.Green Waste
Green waste merupakan perwujudan konsep zero waste. Rencana pengembangan zero waste dituangkan dalam pengelolaan air limbah dan persampahan. Rencana pengelolaan air limbah meliputi sistem pengelolaan air limbah rumah tangga dan sistem pengeloaan air limbah bukan rumah tangga. Zero waste adalah meminimalisir sisa pembuangan mulai dari tahap awal sampai berakhirnya suatu proses produksi.Green Transportation
Transportasi hijau merupakan konsep turunan dari green city yang merupakan konsep utama pembangunan. Konsep ini berfokus pada pembangunan sistem transportasi primoda dan intermoda yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Implementasi dari konsep ini berpusat pada perumusan sistem transportasi berkelanjutan (misal: jalur sepeda, angkutan umum, mobil ramah lingkungan).Green Water
Konsep perencanaan green water yang berdasarkan P2KH.Green Energy
Penerapan konsep green energy pada perencanaan kota hijau yaitu terkait penggunaan energi yang efektif dan ramah lingkunganGreen Building
Konsep green building terkait bangunan pemukiman yang hemat air dan energi, serta material bangunan yang ramah lingkungan. Konsep green building menjadi dasar bagi konsep- konsep kota hijau yang lain, karena konsep gre en building kaitannya dengan pembangunan perkotaan dengan dilengkapi sistem yang ramah lingkungan; seperti sistem pengolahan sampah, penyediaan sumur resapan, pelayanan bagi pengguna jalan dan pengguna kendaraan tidak bermotor.Green Community
Green community merupakan strategi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) dari kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green community bertujuan untuk menciptakan pastisipasi stake holder dalam pembangunan kota hijau dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan, termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kecil hingga partisipasi aktif dalam program-program kota hijau pemerintah.
Gambar 1. Peta Tata Guna Lahan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Penggunaan lahan di Kecamatan Temanggung
cukup beragam yaitu penggunaan lahan untuk lahan kosong, gedung,
kebun, permukiman, sawah, dan tegalan. Dominasi penggunaan lahan
berupa sawah yaitu mencapai 1696 Ha yang tersebar di semua kelurahan
yang ada di Kecamatan Temangggung.
Meskipun berfungsi sebagai
ibukota Kabupaten Temanggung, penggunaan lahan untuk permukiman masih
tergolong rendah yaitu hanya sekitar 850 Ha atau sekitar 25,46% dari
luas wilayah.
Tabel
II. 1
Penggunaan Lahan di Kecamatan Temanggung Tahun 2012
Penggunaan Lahan di Kecamatan Temanggung Tahun 2012
No
|
Penggunaan
Lahan
|
Persentasi
Luasan (%)
|
Luas
(Ha)
|
1
|
Sawah
irigasi
|
50.79%
|
1696
|
2
|
Sawah
Tadah Hujan
|
0.03%
|
1
|
3
|
Lahan
Bangunan/Pekarangan
|
25.46%
|
850
|
4
|
Tegal/Ladang/Huma
|
9.43%
|
315
|
5
|
Kolam/Empang
|
0.21%
|
7
|
6
|
Hutan
Rakyat
|
0.76%
|
25.5
|
7
|
Perkebunan
Negara
|
0.27%
|
9.01
|
8
|
Lahan
Lainnya
|
7.70%
|
257
|
Sumber:
Bappeda Kabupaten Temanggung,
2012
Gambar 1. Peta Jaringan Jalan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Jalan arteri yang terdapat di Kecamatan
Temanggung merupakan jalan arteri Semarang-Yogyakarta, Sedangkan
jalan kolektor di Kecamatan Temanggung merupakan jalan yang
menghubungkan antara Kabupaten Temanggung dengan Wonosobo, Jalan
lokal dan lingkungan di Kecamatan Temanggung sudah menjangkau setiap
desa/kelurahan yang ada, Hal tersebut menandakan aksesibilitas yang
tinggi di Kecamatan Temanggung, Panjang jalan Arteri di Kecamatan
Temanggung adalah 9,04 km, Sedangkan panjang jalan kolektor yang ada
di Kecamatan Temanggung adalah 605,04 km, Kondisi Jalan di Kecamatan
Temanggung sebesar 88% merupakan jalan aspal dan 12% merupakan jalan
non-aspal, Kondisi jalan arteri
dan kolektor berupa jalan aspal dan tidak terdapatnjalan berlubang,
Sedangkan kerusakan jalan berupa jalan berlubang ditemui di jalan
lingkungan yang berada di kelurahan Kowangan Nampirejo, Kowangan,
Mudal, Joho, Guntur, Giyanti, dan Walitelon Selatan.
Gambar 2. Peta Fasilitas Kesehatan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Gambar 3. Peta Fasilitas Pendidikan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Gambar 4. Peta Fasilitas Perdagangan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Gambar 5. Peta Fasilitas Perdagangan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Kepadatan penduduk di Kecamatan
Temanggung pada tahun 2012 diketahui sebesar 2,365 jiwa
per km2.
Kepadatan penduduk
pada
Kecamatan Temanggung
cenderung fluktuatif setiap tahunnya, seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang menurun pada tahun 2011 sebesar 2,311,08
jiwa/km2
dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 2,365,20 jiwa/km2,
Gambar 1. Peta Kepadatan Penduduk Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Jika dilihat dari peta diatas, dapat
diketahui bahwa kelurahan
terpadat berada di Kelurahan Temanggung
I dengan kepadatan sebesar
13,041 jiwa/km2
dan Kelurahan Butuh yaitu sebanyak 9,741 jiwa/km2.
Pada
Kelurahan Gilingsari sebagai kelurahan dengan kepadatan penduduk
paling rendah memiliki kepadatan sebesar 770 jiwa/km2.
Kepadatan dengan kategori tinggi pusat kota yaitu pada Kelurahan
Temanggung I dan Kelurahan
Butuh.
Hal ini dikarenakan kedua
kelurahan tersebut sebagai
pusat aktivitas dan pusat permukiman startegis, yaitu berada pada
pusat kota.,
Selain itu, karena Kelurahan Temanggung I dan Kelurahan Butuh
terletak di pusat kota,
maka dari segi sarana dan prasarana sudah sangat memenuhi standar
sehingga penduduk merasakan kemudahan dalam mobilisasi maupun dalam
beraktivitas, Fungsi jalan yang menghubungkan tiap-tiap kelurahan
juga menjadi salah satu faktor penyebab kepadatan yang lebih tinggi
pada pusat kota, Kepadatan penduduk yang terjadi pada Kelurahan
Temanggung I dan Kelurahan Butuh dikarenakan kedua kelurahan ini
dilewati oleh jalan arteri
sebagai
jalan utama penghubung antar wilayah, Daerah yang berada di sepanjang
jalan
arteri berpotensi memiliki kepadatan yang lebih tinggi dibanding
daerah lain, karena kemudahan aksesibilitas dan memiliki potensi
pengembangan perekonomian,
Hal tersebutlah yang
menciptakan daya tarik kuat kepada masyarakat untuk bertempat tinggal
maupun untuk menjalankan aktivitas hingga memenuhi kebutuhan hidupnya
di
Kecamatan Temanggung,
a) Topografi Kota Temanggung
Gambar 3. Peta Topografi Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Topografi yang
dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief)
atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Topografi
yang terdapat di Kecamatan Temanggung terbagi menjadi dua yaitu
daerah dengan kelerengan 0-8% yang datar dan daerah dengan kelerengan
8-15% cenderung bersifat landai,
Tabel 1.
Kelas Lereng dan Skor di Kecamatan Temanggung
Kelas Lereng dan Skor di Kecamatan Temanggung
No
|
Kelas
Lereng
|
Lereng
(%)
|
Deskripsi
|
Skor
|
1
|
I
|
0-8
|
Datar
|
20
|
2
|
II
|
8,01-15
|
Landai
|
40
|
Sumber : SK Mentan No,
837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982
b) Litologi Tanah Kota Temanggung
Gambar 2. Peta Litologi Tanah Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Faktor tanah dalam
evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau
karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman
tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya
diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan.
Tetapi dalam laporan ini yang dipakai hanya jenis ranah, Jenis
tanah di Kecamatan Temanggung seluruhnya adalah latosol coklat yang
sangat subur dan sangat cocok untuk pertanian.
Tabel
II, 4
Kelas Jenis Tanah dan Skor di Kecamatan Temanggung
Kelas Jenis Tanah dan Skor di Kecamatan Temanggung
- NoKelas TanahJenis TanahDeskripsi Terhadap ErosiSkor1IILatosolKurang Peka30
Sumber
: SK Mentan No,
837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982
c) Klimatologi Kota Temanggung
Gambar 1. Peta Klimatologi Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Curah hujan yang
ada di Kecamatan Temanggung termasuk pada kapasitas rendah yaitu
sekitar 13,6-20,7mm/hari,
Tabel
II, 5
Kelas Curah Hujan dan Skor di Kecamatan Temanggung
Kelas Curah Hujan dan Skor di Kecamatan Temanggung
No
|
Kelas
|
Interval
|
Deskripsi
|
Skor
|
1
|
II
|
13,6-20,7
|
Rendah
|
20
|
Sumber : SK Mentan No,
837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982
d) Kesesuaian Lahan Kota Temanggung
Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011
Berikut adalah skoring kesesuaian lahan
menurut analisis yang dilakukan berdasarkan kriteria SK
Menteri Kehutanan No, 837 / KPTS / UM / II / 1980 dan No, 683 / KPTS
/ UM /VII / 1981:
Tabel
II, 7
Analisis Kesesuaian Lahan di Kecamatan Temanggung
Analisis Kesesuaian Lahan di Kecamatan Temanggung
Wilayah
|
Skoring
|
Kesesuaian
Lahan
|
||||||
Klimatologi
(Curah Hujan)
|
Topografi
(Kemiringan Lereng)
|
Litologi
(Jenis Tanah)
|
Total
Skor
|
Peruntukan
Kawasan
|
||||
Karakteristik
|
Skor
|
Karakteristik
|
Skor
|
Karakteristik
|
Skor
|
|||
Kecamatan
Temanggung
|
13,6-20,7
mm/hari
|
20
|
0
- 8 %
|
20
|
Latosol
Coklat
|
30
|
70
|
Kawasan
Budidaya (Tanaman Tahunan, Semusim, Permukiman)
|
8-15%
|
40
|
90
|
Sumber:
Analisis Kelompok 3B Studio Perencanaan Wilayah dan Kota, 2014
Berdasarkan analisis kesesuaian lahan
menggunakan kriteria klimatologi, topografi, dan litologi maka
diperoleh hasil kesesuaian lahan yang terdapat di Kecamatan
Temanggung diperuntukkan untuk kawasan budidaya (tanaman tahunan,
musiman, dan permukiman),
Struktur dan pola ruang merupakan pembahasan vital dalam studi perencanaan wilayah dan kota. Struktur ruang, yang terdiri dari elemen titik dan garis menunjukkan bentuk dasar dan persebaran kegiatan di suatu kota. Sedangkan pola ruang, yang terdiri dari elemen bidang menunjukkan luas lahan dari kegiatan dan bentuk utuh ruang kota. Berikut penjelasan dari struktur dan pola ruang Kota Temanggung :
a) Struktur Ruang Kota Temanggung
Gambar 1. Peta Indeks Sentralitas Marshall
sumber : hasil analisis kelompok 3B, 2014
Dari hasil analisis
skalogram, diketahui bahwa Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II
menduduki orde I sebagai pusat kecamatan. Sedangkan dari hasil
analisis menggunakan metode indeks sentralitas Marshall, hanya
terdapat satu kelurahan, yaitu Kelurahan Temanggung I yang menduduki
orde 1. Kelurahan Temanggung I secara konsisten menduduki orde 1
sebagai pusat kelurahan karena kelurahan ini memiliki fasilitas
terlengkap dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lainnya di
Kecamatan Temanggung.
b) Pola Ruang Kota Temanggung
Gambar 2. Peta Pola Ruang Kota Temanggung
sumber : BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2014
Berdasarkan peta pola ruang Kecamatan
Temanggung di atas, bagian pusat kota Kecamatan Temanggung
diperuntukan sebagai kawasan permukiman, sedangkan untuk kawasan
pinggiran dijadikan sebagai kawasan peruntukan pertanian dan
sawah. Di Kecamatan
Temanggung pola ruang yang ada yaitu terdiri atas kawasan peruntukan
pemukiman, kawasan peruntukan pertanian lahan kering, sawah irigasi,
dan sawah non irigasi, kawasan industri.
Kota Temanggung berada tepat di
tengah Kabupaten Temanggung dan secara administrasi merupakan ibukota
Kabupaten Temanggung. Kota ini merupakan pusat pelayanan dari wilayah sekililingnya dalam
hal pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Kota Temanggung menyumbang PDRB kecamatan
Temangggung merupakan kecamatan dengan penyumbang PDRB tertinggi bagi
Kabupaten Temanggung. Berdasarkan jaringan jalannya, Kecamatan
Temanggung dilalui jalan kolektor sekunder yang menjadi akses utama
yang menghubungkan Kecamatan Temanggung dengan kecamatan-kecamatan
lain dan kabupaten-kabupaten di sekitar Kabupaten Temanggung.
Semakin tingginya tingkat urbanisasi di era modernisasi global saat ini menjadi fokus perhatian perencana-perencana kota khususnya di negara berkembang. Perkembangan kota yang begitu signifikan, dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi dan menggeliatnya ekonomi di Indonesia semakin memicu para perencana kota untuk berkontribusi aktif menerapkan konsep-konsep pembangunan yang lebih ramah lingkungan. Mengingat tingginya kerusakan lingkungan akibat dampak buruk dari perkembangan ekonomi era industrialisasi.
Kota Temanggung sebagai ibukota Kabupaten Temanggung berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Letak Kota Temanggung yang cukup strategis, berada di tengah Kabupaten Temanggung dan dilalui jalan penghubung Semarang-Magelang-Wonosobo menjadi indikasi potensi perkembangan Kota Temanggung yang cukup tinggi di kemudian hari. Perkembangan Kota Temanggung ini perlu dibarengi dengan konsep pembangunan yang ramah lingkungan. Salah satu konsep pembangunan yang bisa diterapkan di Kota Temanggung adalah Green City.
Green City adalah konsep yang memadukan perkembangan ekonomi kota dengan pelestarian lingkungan hijau. Aplikasi dari konsep Green City tidak dalam bentuk penyediaan RTH sebagai wahana respirasi kota, namun juga termasuk didalamnya usaha efisiensi energi, pengolahan limbah terpadu, dan semacamnya. Terdapat 8 atribut Green City menurut Kementrian PU (2011), yakni :
a. Green Planning and Design, berupa perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan
b. Green OpenSpace, berupa ketersediaan ruang terbuka hijau
c. Green Waste, berupa pengelolaan limbah dengan prinsip 3R
d. Green Transportation, berupa penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
e. Green Water, berupa pengelolaan air yang efektif
f. Green Energy, berupa konsumsi energi yang efisien
g. Green Building, berupa bangunan hemat energi
h. Green Community, berupa peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau
Daftar Pustaka :
Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Program Pelaksanaan Kota Hijau (P2KH) Panduan Pelaksanaan 2011. diunduh dari http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/buku/BUKU_PANDUAN_P2KH.pdf pada Senin, 29 September 2014 pukul 21:51

Kelompok 3B
Kumpulan mahasiswa semester 5 teknik pwk undip yang bekerjasama demi terselesaikannya tugas MK Studio Perencanaan Kota Temanggung yang lebih baik
- [Konsep] Green Open Space
- [Konsep] Green Community
- [Profil] Struktur dan Pola Ruang Kota Temanggung
- [Konsep] Green Waste
- [Konsep] Atribut Green Planning and Design
- [Profil] Kesesuaian Lahan Kota Temanggung
- [Profil] Kondisi Sosial Budaya Kota Temanggung
- [Konsep] Green Energy, Green Water, dan Green Building
- [Konsep] Green Transportation
- [Profil] Kondisi Sarana dan Prasarana Kota Temanggung