Press enter to see results or esc to cancel.

Kepadatan penduduk di Kecamatan Temanggung pada tahun 2012 diketahui sebesar 2,365 jiwa per km2. Kepadatan penduduk pada Kecamatan Temanggung cenderung fluktuatif setiap tahunnya, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang menurun pada tahun 2011 sebesar 2,311,08 jiwa/km2 dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 2,365,20 jiwa/km2,
 
Gambar 1. Peta Kepadatan Penduduk Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

Jika dilihat dari peta diatas, dapat diketahui bahwa kelurahan terpadat berada di Kelurahan Temanggung I dengan kepadatan sebesar 13,041 jiwa/km2 dan Kelurahan Butuh yaitu sebanyak 9,741 jiwa/km2. Pada Kelurahan Gilingsari sebagai kelurahan dengan kepadatan penduduk paling rendah memiliki kepadatan sebesar 770 jiwa/km2. Kepadatan dengan kategori tinggi pusat kota yaitu pada Kelurahan Temanggung I dan Kelurahan Butuh. Hal ini dikarenakan kedua kelurahan tersebut sebagai pusat aktivitas dan pusat permukiman startegis, yaitu berada pada pusat kota., Selain itu, karena Kelurahan Temanggung I dan Kelurahan Butuh terletak di pusat kota, maka dari segi sarana dan prasarana sudah sangat memenuhi standar sehingga penduduk merasakan kemudahan dalam mobilisasi maupun dalam beraktivitas, Fungsi jalan yang menghubungkan tiap-tiap kelurahan juga menjadi salah satu faktor penyebab kepadatan yang lebih tinggi pada pusat kota, Kepadatan penduduk yang terjadi pada Kelurahan Temanggung I dan Kelurahan Butuh dikarenakan kedua kelurahan ini dilewati oleh jalan arteri sebagai jalan utama penghubung antar wilayah, Daerah yang berada di sepanjang jalan arteri berpotensi memiliki kepadatan yang lebih tinggi dibanding daerah lain, karena kemudahan aksesibilitas dan memiliki potensi pengembangan perekonomian, Hal tersebutlah yang menciptakan daya tarik kuat kepada masyarakat untuk bertempat tinggal maupun untuk menjalankan aktivitas hingga memenuhi kebutuhan hidupnya di Kecamatan Temanggung,
a) Topografi Kota Temanggung

 Gambar 3. Peta Topografi Kota Temanggung

sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Topografi yang terdapat di Kecamatan Temanggung terbagi menjadi dua yaitu daerah dengan kelerengan 0-8% yang datar dan daerah dengan kelerengan 8-15% cenderung bersifat landai,

Tabel 1.
Kelas Lereng dan Skor di Kecamatan Temanggung
No
Kelas Lereng
Lereng (%)
Deskripsi
Skor
1
I
0-8
Datar
20
2
II
8,01-15
Landai
40
Sumber : SK Mentan No, 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982


b) Litologi Tanah Kota Temanggung

 Gambar 2. Peta Litologi Tanah Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. Tetapi dalam laporan ini yang dipakai hanya jenis ranah, Jenis tanah di Kecamatan Temanggung seluruhnya adalah latosol coklat yang sangat subur dan sangat cocok untuk pertanian.
Tabel II, 4
Kelas Jenis Tanah dan Skor di Kecamatan Temanggung
No
Kelas Tanah
Jenis Tanah
Deskripsi Terhadap Erosi
Skor
1
II
Latosol
Kurang Peka
30
Sumber : SK Mentan No, 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982

c) Klimatologi Kota Temanggung

 Gambar 1. Peta Klimatologi Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

Curah hujan yang ada di Kecamatan Temanggung termasuk pada kapasitas rendah yaitu sekitar 13,6-20,7mm/hari,
Tabel II, 5
Kelas Curah Hujan dan Skor di Kecamatan Temanggung
No
Kelas
Interval
Deskripsi
Skor
1
II
13,6-20,7
Rendah
20
Sumber : SK Mentan No, 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo, 683/KPTS/UM/8/1982

d) Kesesuaian Lahan Kota Temanggung

Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan Kota Temanggung
sumber : Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

Berikut adalah skoring kesesuaian lahan menurut analisis yang dilakukan berdasarkan kriteria SK Menteri Kehutanan No, 837 / KPTS / UM / II / 1980 dan No, 683 / KPTS / UM /VII / 1981:
Tabel II, 7
Analisis Kesesuaian Lahan di Kecamatan Temanggung
Wilayah
Skoring
Kesesuaian Lahan
Klimatologi (Curah Hujan)
Topografi (Kemiringan Lereng)
Litologi (Jenis Tanah)
Total Skor
Peruntukan Kawasan
Karakteristik
Skor
Karakteristik
Skor
Karakteristik
Skor
Kecamatan Temanggung
13,6-20,7 mm/hari
20
0 - 8 %
20
Latosol Coklat
30
70
Kawasan Budidaya (Tanaman Tahunan, Semusim, Permukiman)
8-15%
40
90
Sumber: Analisis Kelompok 3B Studio Perencanaan Wilayah dan Kota, 2014

Berdasarkan analisis kesesuaian lahan menggunakan kriteria klimatologi, topografi, dan litologi maka diperoleh hasil kesesuaian lahan yang terdapat di Kecamatan Temanggung diperuntukkan untuk kawasan budidaya (tanaman tahunan, musiman, dan permukiman),
Struktur dan pola ruang merupakan pembahasan vital dalam studi perencanaan wilayah dan kota. Struktur ruang, yang terdiri dari elemen titik dan garis menunjukkan bentuk dasar dan persebaran kegiatan di suatu kota. Sedangkan pola ruang, yang terdiri dari elemen bidang menunjukkan luas lahan dari kegiatan dan bentuk utuh ruang kota. Berikut penjelasan dari struktur dan pola ruang Kota Temanggung :

a) Struktur Ruang Kota Temanggung


Gambar 1. Peta Indeks Sentralitas Marshall
 sumber : hasil analisis kelompok 3B, 2014

Dari hasil analisis skalogram, diketahui bahwa Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II menduduki orde I sebagai pusat kecamatan. Sedangkan dari hasil analisis menggunakan metode indeks sentralitas Marshall, hanya terdapat satu kelurahan, yaitu Kelurahan Temanggung I yang menduduki orde 1. Kelurahan Temanggung I secara konsisten menduduki orde 1 sebagai pusat kelurahan karena kelurahan ini memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lainnya di Kecamatan Temanggung. 

b) Pola Ruang Kota Temanggung

Gambar 2. Peta Pola Ruang Kota Temanggung
sumber : BAPPEDA Kabupaten Temanggung, 2014

Berdasarkan peta pola ruang Kecamatan Temanggung di atas, bagian pusat kota Kecamatan Temanggung diperuntukan sebagai kawasan permukiman, sedangkan untuk kawasan pinggiran dijadikan sebagai kawasan peruntukan pertanian dan sawah. Di Kecamatan Temanggung pola ruang yang ada yaitu terdiri atas kawasan peruntukan pemukiman, kawasan peruntukan pertanian lahan kering, sawah irigasi, dan sawah non irigasi, kawasan industri.


Kota Temanggung berada tepat di tengah Kabupaten Temanggung dan secara administrasi merupakan ibukota Kabupaten Temanggung. Kota ini merupakan pusat pelayanan dari wilayah sekililingnya dalam hal pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Kota Temanggung menyumbang PDRB kecamatan Temangggung merupakan kecamatan dengan penyumbang PDRB tertinggi bagi Kabupaten Temanggung. Berdasarkan jaringan jalannya, Kecamatan Temanggung dilalui jalan kolektor sekunder yang menjadi akses utama yang menghubungkan Kecamatan Temanggung dengan kecamatan-kecamatan lain dan kabupaten-kabupaten di sekitar Kabupaten Temanggung.
Semakin tingginya tingkat urbanisasi di era modernisasi global saat ini menjadi fokus perhatian perencana-perencana kota khususnya di negara berkembang. Perkembangan kota yang begitu signifikan, dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi dan menggeliatnya ekonomi di Indonesia semakin memicu para perencana kota untuk berkontribusi aktif menerapkan konsep-konsep pembangunan yang lebih ramah lingkungan. Mengingat tingginya kerusakan lingkungan akibat dampak buruk dari perkembangan ekonomi era industrialisasi.

Kota Temanggung sebagai ibukota Kabupaten Temanggung berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Letak Kota Temanggung yang cukup strategis, berada di tengah Kabupaten Temanggung dan dilalui jalan penghubung Semarang-Magelang-Wonosobo menjadi indikasi potensi perkembangan Kota Temanggung yang cukup tinggi di kemudian hari. Perkembangan Kota Temanggung ini perlu dibarengi dengan konsep pembangunan yang ramah lingkungan. Salah satu konsep pembangunan yang bisa diterapkan di Kota Temanggung adalah Green City.

Green City adalah konsep yang memadukan perkembangan ekonomi kota dengan pelestarian lingkungan hijau. Aplikasi dari konsep Green City tidak dalam bentuk penyediaan RTH sebagai wahana respirasi kota, namun juga termasuk didalamnya usaha efisiensi energi, pengolahan limbah terpadu, dan semacamnya. Terdapat 8 atribut Green City menurut Kementrian PU (2011), yakni :
a. Green Planning and Design, berupa perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan
b. Green OpenSpace, berupa ketersediaan ruang terbuka hijau
c. Green Waste, berupa pengelolaan limbah dengan prinsip 3R
d. Green Transportation, berupa penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
e. Green Water, berupa pengelolaan air yang efektif
f. Green Energy, berupa konsumsi energi yang efisien
g. Green Building, berupa bangunan hemat energi
h. Green Community, berupa peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau

Daftar Pustaka :
Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Program Pelaksanaan Kota Hijau (P2KH) Panduan Pelaksanaan 2011. diunduh dari http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/buku/BUKU_PANDUAN_P2KH.pdf pada Senin, 29 September 2014 pukul 21:51